Flash

6/recent/ticker-posts

Kacamata Santi

Cerita ini sebelumnya, pernah dipublikasikan di Blog Okezone (kalian bisa mengunjunginya di sini). Saya telah kami telah diizinkan oleh penulisnya untuk mengunggahnya di blog ini. Selamat membaca cerita pendek berjudul Kacamata Santi.
sumber gambar; pixabay

Setiap hari aku selalu berdoa agar selalu diberi kenikmatan-kenikmatan kecil. Salah satunya adalah selalu bisa berkedip. Karena dengan berkedip, mata kita otomatis bekerja menjaga kelembaban bola mata, terutama bagian kornea. Mata normal kita juga memiliki reaksi reflek saat ada benda asing mendekatinya baik itu debu, kotoran dsb. Ia akan secara refleks berkedip untuk menghindari benda-benda itu.

Bahkan, berkedip juga bagian dari bahasa tubuh. Seorang yang sedang marah, bahagia, dll akan berkedip sesuai kondisi psikologisnya. Selain itu, mata adalah anggota tubuh bagian wajah yang indah dan sering menjadi perhatian saat kita berpapasan dengan orang lain. Dan berkedipnya mata, menambah keindahan itu. Cobalah kita membayangkan sedang ngobrol dengan orang lain, dan orang tersebut atau bahkan kita, tak berkedip sekali pun. Bagaimana rasanya?

Seorang teman pernah bercerita lumayan banyak mengenai matanya. Ia yang sudah sejak usia 12 tahun selalu memakai kacamata ini sering menceritakan pengalamannya menjadi seorang yang dianggap mulai dari "gadis berkacamata itu seksi" sampai dianggap oleh teman-teman lain sebagai "kutu buku".

Menurutnya, kacamata adalah kawan sejati. Ia selalu membantu segala aktivitasnya, kecuali saat mandi. Seluruh aktivitas kesehariannya, temanku yang bernama Santi ini, tak pernah dilakukan tanpa ia kenakan lensa minus 6 di matanya. Kacamata itu selalu nangkring 2cm di depan matanya. Ia bahkan pernah berkata bahwa "..tiada yang lebih dekat bagi mataku kecuali kacamataku ini." Siapa pun, bagi Santi, selalu berada setelah kacamatanya. Malahan jika tanpa kacamata, semua benda, semua orang yang dilihatnya, tidak akan pernah sesempurna saat ia mengenakan kacamatanya. Aku sering ketawa kalau Santi sudah mengagungkan kacamatanya itu. Tapi barangkali memang begitulah kacamata baginya.

Santi yang setiap hari selalu memakai kacamata minusnya itu adalah seorang pembaca buku aktif. Ia bahkan pernah selama 3 hari 3 malam menghabiskan waktunya hanya untuk membaca buku. Ini beneran. Aktivitas "aneh"nya ini memang hanya pernah dilakukannya sekali saja waktu itu. Karena saat itu ia baru saja diputus kekasihnya, dan langsung ditinggal menikah oleh lelaki itu. Ia, ceritanya waktu itu sedang "galau" dan memilih buku-buku koleksinya sebagai bahan pelarian. Terdengar seperti aneh namun bagus, tapi ya begitu.


kunjungi artikel kami selengkapnya di sini.

Akhirnya Santi sakit karena memang dalam 3 hari itu Santi hanya membaca buku dan membaca buku. Aku tak mau berkomentar apakah ia paham akan isi buku yang ia baca dalam kondisi hati gundah begitu atau tidak. Yang jelas Santi sudah tahu akibatnya dengan sakit yang dideritanya kemudian. Yang paling membuatku gemas kepada kawanku ini, usai sembuh dari sakitnya, ia menghibur diri dengan berkata; "..aku baik-baik saja ditinggal pacar kawin. Kecuali perkawinan itu menggunakan kacamataku sebagai emas kawinnya." Sontak aku ketawa mendengarnya.

Di mana pun, Santi selalu mengenakan kacamatanya. Membersihkannya dengan tissue khusus yang selalu ia bawa di saku, dompet, atau tasnya. Banyak memang kacamata yang ia miliki. Ia bahkan, sebagai perempuan, hanya mau menerima hadiah dari orang lain jika hadiah itu berupa buku atau kacamata atau keduanya. Udah. Itu saja. Selain keduanya, mau bunga, cokelat, sapu lidi, wajan, pisau dapur, atau catok rambut sekali pun, akan ditolak mentah-mentah. Aku pernah iseng nanya, "kalau kukasih kacamata kuda, mau?" Ia menjawabnya dengan menimpukku dengan buku tebal. Buku Harry Potter yang sudah sangat lusuh. Kulihat cover buku itu, Harry kecil mengenakan kacamata.

Kacamata, bagi Santi adalah segala-galanya. Aku tak tahu, adakah benda selain kacamata yang lebih dari segalanya? Kacamata sepertinya satu-satunya benda yang bagi orang seperti Santi temanku itu adalah segalanya. Mungkin benar bahwa orang yang selalu mengenakan kacamata adalah orang yang memiliki kekurangan dalam penglihatannya. Matanya kurang sehat. Tapi tidak begitu menurutku. Orang-orang yang aktivitasnya tak bisa lepas dari kacamata ini justru orang-orang yang banyak kelebihan. Setidak-tidaknya, mereka punya kelebihan di depan mata mereka masih ada mata lain; kacamata.