Flash

6/recent/ticker-posts

Pewarna Remasol Cepat Pudar dan Kusam?

Kemungkinan paling mungkin adalah karena memakai pewarna remasol palsu.

Banyak pewarna remasol oplosan yang secara jelas, jika dipakai untuk mewarnai kain batik, maka hasilnya kurang memuaskan, bisa cepat pudar atau hasil pewarnaan kusam.

gradient color

Dalam banyak kesempatan, kami dari Batik Merang acapkali menerima keluhan dari beberapa pembaca yang merasa kesal karena saat proses mewarnai batik menggunakan pewarna remasol, hasilnya kurang memuaskan. Sebagian besar dari mereka kecewa dengan hasil pewarnaan yang kusam dan cepat pudar. Apa sebenarnya penyebab dari masalah ini?

Nah, dalam artikel inilah kami akan sedikit mengulas hal-ihwal mengenai hasil pewarnaan menggunakan pewarna batik remasol yang notabene dianggap beberapa kalangan hasil akhirnya kurang memuaskan. Silakan seruput dulu kopinya, Sobat Batik Merang semua, sebelum melanjutkan baca-baca artikel menyenangkan ini. :)

Menurut dugaan kami, setelah melalui riset kecil-kecilan dengan menanyai beberapa pengguna yang memakai pewarna batik jenis reaktif ini, ada dua penyebab utama yang menjadikan hasil pewarnaan dengan pewarna remasol ini kurang menyenangkan dan kurang sedap dipandang mata. Apa saja dua hal yang kami maksud?

Pertama, ada kemungkinan pewarna remasol yang dipakai adalah pewarna remasol palsu. Hah?!! Iya, Sobat, jadi yang palsu itu bukan hanya uang saja atau kasih sayang si doi ke kalian saja. Semua hal, toh di dunia ini, banyak yang palsu, tho? Nah, termasuk pewarna remasol pun ada yang palsu, guys!

Sebenarnya bukan murni palsu sih. Cuman, memang banyak pewarna remasol yang diedarkan di pasaran saat ini, bahkan dari dulu, yang tidak 100% murni pewarna remasol. Artinya, pewarna remasol yang beredar tersebut banyak yang sudah dioplos dengan bubuk lain. Bubuk lain di sini, memang sengaja dipakai oleh beberapa penjual obat batik remasol ini untuk menurunkan kualitas pewarna remasol tersebut, sekaligus menaikkan berat si bubuk remasol murninya.

Secara lebih terperinci, begini maksud kami; pewarna remasol yang murni keluaran pabrik, itu sudah bisa dipastikan 100% memang murni remasol. Oleh pedagang eceran, pewarna ini kemudian dioplos dengan bubuk lain. Misalnya, 50% pewarna remasol, dioplos dengan 50% bubuk lain. Akibatnya jelas sekali bahwa kualitas pewarna remasol oplosan ini akan menurun 50%. Jadi semisal pembaca ingin membuat pewarna dengan dosis 100 gram, maka untuk mencapai hasil yang benar-benar seperti remasol murni 100% dibutuhkan 200 gram bubuk remasol oplosan ini.

Problemnya kemudian adalah, bahwa kita akan sangat kesulitan untuk membedakan mana pewarna remasol murni dan mana yang sudah dioplos dengan bubuk lain. Apa solusinya? Ya kita tanyakan saja ke si penjual. Karena nyaris tak ada perbedaan antara bubuk remasol murni 100% dengan yang sudah dioplos.

Kedua, salah langkah. Yang dimaksud dengan salah langkah di sini adalah bahwa meskipun sudah memakai pewarna remasol murni 100%, barangkali ada langkah yang terlewatkan dalam proses pewarnaan kain batik menggunakan pewarna remasol ini.

Paling sering, adalah lupa menambahkan zat penguat seperti soda kue, soda ash, atau waterglass. Ketiga zat penguat ini sudah pernah kami ulas secara cukup mendetail cara penggunaannya dalam proses mewarnai kain batik dengan pewarna procion ini di lain artikel sebelum-sebelumnya.

Kalau bukan lupa langkah seperti menambahkan zat penguat, ada kemungkinan lain mengapa kita gagal menghasilkan warna yang jreng saat menggunakan pewarna remasol. Seperti misalnya air yang kita pakai ternyata kurang jernih, atau pembilasan yang kurang sempurna, atau bisa juga karena salah penjemuran.

Lalu, bagaimana seharusnya kita menyikapi problematika dalam prosesi pewarnaan batik menggunakan pewarna remasol ini?

Saran dari kami, usahakan Sobat semua mendapatkan pewarna remasol yang 100% original dan bukan oplosan. Kalau memang kurang yakin apakah pewarna yang sobat pakai itu sudah dioplos atau belum, maka Sobat semua bisa menaikkan dosis pewarnanya. Misal tadinya mau memakai 100 gram untuk 1 liter, maka sebaiknya takar 150 gram untuk 1 liter air. Atau tetap 100 gram bubuk remasolnya, namun airnya dikurangi menjadi, misal 700 ml saja.

Di samping itu, yang tak kalah penting adalah Sobat harus mengingat dan jangan sampai lupa untuk memakai zat penguat seperti soda yang sudah kami singgung tadi. Ingat, lupa menambahkan zat pengunci pewarna remasol dalam hal ini berarti meruntuhkan segalanya. Ya, karena tanpa zat pengunci seperti soda atau waterglass, maka pewarna remasol yang kita pakai akan sia-sia belaka. Dan sudah bisa dipastikan warna akan lolos alias luntur nyaris seluruhnya.

Terakhir, teruslah semangat belajar dan belajar dan belajar. Silakan terus bereksperimen, mencoba dan mencoba. Tambah terus pengalaman Sobat dalam hal pewarnaan menggunakan pewarna reaktif ini.

Sekian dulu dari kami, Sobat Batik Merang sekalian. Kalau ada hal yang ingin ditanyakan, dengan senang hati kami akan berusaha membantu. Silakan tanya-tanya di kolom komentar. Dan kalau pembaca ingin mendapatkan pewarna remasol yang 100% original, bisa menghubungi kami melalui kontak yang sudah lengkap kami terakan di laman ini.